Senin, 16 Maret 2015
SAYA MENYESAL KARENA BID’AH
13.24 |
Diposting oleh
Faizahmahrus |
Edit Entri
Perjuangan yang tidak berdalil terkadang menyesal meskipun
merasa benar, karena prakteknya yang kurang pas sehingga syaitan menghiasinya.
Dalam QS Az Zuhruf 37:
[43:37] Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
Perbuatan saya dulu yang tidak sesuai dengan tuntunan,
diantaranya:
a)Mengadakan sema'an Al Quran:
b)Menulis/menjual Syi’ir tafsir.
c)Mengadakan rutinan bergilir.
a)Mengadakan sema'an Al Quran.
Ibu-ibu/para ustadzah datang untuk mengikutinya (sema’an Al
Quran, membaca diba’, pengajian) selama 15 Tahun Jama’ah pengajian bertambah
banyak, Tahun 2000 saya berhenti dari kegiatan bid’ah.
Karena ada hadis”Takutlah
kalian terhadap perkara baru maka sesungguhnya perkara baru itu bid’ah dan
semua bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan akan masuk Neraka.
Ibadah/perbuatan yang tidak pernah dilakukan
Rasul/sahabatnya, itu menambah ajaran baru, contoh: Allah memerintah istri nabi agar menetap
di rumah. Dalam QS Al Ahzab 33:
[33:33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Terkadang diundang sema’an (menempati rumah baru/kirim do’a kepada
mayyit) dan lain sebagainya. Padahal yang diperintahkan membaca Al Quran itu di
rumah/untuk salat. Dalam QS Al Ahzab 34:
[33:34] Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
Mestinya yang membaca Al Quran itu yang menempati rumah,
agar rahmat datang/rumah terlihat bercahaya setan menghindar. Adapun tentang
do’a, apabila si mayat termasuk orang mukmin maka terampuni dosanya karena bacaan/do’a
QS Al Hasyr 10:
َربَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Ya Tuhan Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
Apabila tidak jelas tentang amaliyyah mayat tersebut, lebih
baik membaca do’a diatas, karena orang mukmin dilarang mendo’akannya apalagi
Nabi. Dalam QS At Taubah 113:
[9:113] Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.
Ketika Nabi Ibrahim sudah jelas bahwa bapaknya musuh Allah
maka beliau berlepas darinya. Dalam QS At Taubah 114:
[9:114] Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Mempersiapkan bekal sendiri itu lebih baik, kiriman dari
keluarga belum tentu nyampe, kesempatan hidup hanya sekali, agar tidak menyesal
dikemudian hari, balasan sesuai perbuatan. Allah berfirman dalam QS An Najm
39-41:
[53:39] dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
[53:40] dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
[53:41] Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
[53:40] dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
[53:41] Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
Sebenarnya agama itu mudah tidak usah ditambah-tambah, agar
tidak memberatkan ummat. Kerjakan perintah hindari larangan. Allah bertanya
dalam QS Asy Syura 21:
[42:21] Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.
Orang yang meninggalkan bid’ah berat dihati, di Akhirat memperoleh
apa yang dikehendaki, begitu juga sebaliknya. Janji Allah dalam QS ASy Syura
22:
[42:22] Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
Rasul mengharapkan adanya perhatian terhadap apa yang telah
disampaikannya, beliau tidak minta imbalan atas da’wahnya. Dalam QS Asy Syura
23:
[42:23] Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
b)Menulis/menjual Syi’ir tafsir.
Setelah wujud kitab saya jual ke murid-murid, meskipun hal
ini dibenarkan sebagian orang, namun kurang pas cara berda’wah. Apalagi ada
ancaman dalam QS Al Baqarah 79:
[2:79] Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Ternyata tidak berkah karena ada ancaman, sehingga untuk buku
berikutnya dicetak penerbit, tapi hasilnya saya tidak ikut menerima. Setelah
aku bertaubat, Allah mengganti yang
lebih baik, mungkin ini yang dimaksud semua orang asalnya bingung lantas Allah
yang memberi hidayah. Dalam QS Ad Dluha 7:
[93:7] Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Hidayah diberikan secara bertahap. Tidak lama aku membuat
buku hadiah/tidak dijual belikan karena setiap bulan saya diberi jatah nafakah
dari anak-anak, padahal blog gratis, kartu gratisan pula, sebagian uangnya
untuk kitab bertujuan da’wah.
Suatu hari menemui hambatan/mungkin mesinnya
cacad, padahal ongkos sudah ku berikan/tidak mungkin saya ambil lagi. Saya
ambil hikmah atas kegagalan ini. Diantaranya:
Khawatir menyerupai Al Quran, Abu Bakar dan semua para
kholifah tidak punya karya tulis, namun dizaman itu ummat islam lebih bersatu
dan lebih baik, para Rasul hanya punya kitab yang dari Allah (Zabur, Taurat,
injil, Al Quran) andaikan ummat Muhammad dianjurkan untuk membaca/memahami Al
Quran saja maka Allah lebih senang karena didalamnya mengandung rahasia/mutiara ilmu, apalagi Allah yang berfirman jadi lebih senang apabila dikomandangkan.
Yang membahayakan/yang menyelamatkan sudah tercantum
didalamnya, bermacam-macam do’a dan cara berda’wah/hidup yang sukses sudah sempurna,
sebagaimana dalam QS Maidah 3:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ
Pada hari telah aku sempurnakan ………islam sebagai agamamu.
Rasulullah tidak menyukai sahabat yang membacakan kitab
Taurat, Beliau bersabda: Andaikan Musa dan Isa masih hidup harus mengikuti aku.
Komentarku: Padahal kitab itu milik Nabi Musa dan Isa,
bagaimana dengan kitab karangan manusia biasa yang banyak dosa? Terkadang bisa
bicara tidak bisa beramal? Maksud beliau sudah cukup Al Quran sebagai petunjuk
jalan yang lurus, lebih mulya dan bijak, banyak keistimewaan/sejarah para Nabi dan
orang-orang yang salih, layak dibuat pedoman.
Banyak pengarang banyak perpecahan, kita ingat di zaman kholifah
Abu Bakar, Beliau bermusyawarah ketika ada masalah yang belum menjumpai
dalilnya. Jarang terjadi perdebatan, rujukannya hanya kepada Al Quran/prilaku
Rasul. Tapi dalil dari Al Quran jarang yang membantah kecuali orang yang
sombong. Keberhasilan Rasul dalam
berda’wah hanya dengan Al Quran.
c)Mengadakan
rutinan bergilir.
Mendengarkan khotbah Jum’at, menyampaikan/bertanya tentang
ayat/dalil meskipun di Masjid, termasuk menuntut ilmu. Secara kenyataan, ketika
banyak kegiatan/rutinan, jama’ah berkurang.
Perbuatan kholifah Abu Bakar sudah cukup bagus, pedagang
yang jelas halal, ta’at perintah, banyak infak, banyak ibadah meskipun tidak
mendirikan organisasi/tidak punya karya tulis tapi bisa mempersatukan ummat
(islam).
Banyak perintah ittiba’ namun jarang yang bisa, yang mengaku
ada, tapi pelaksanaannya sedikit.
Kita percaya bahwa contoh yang terbaik diantara manusia
hanyalah pilihan Allah termasuk juga Nabi kita yang layak kita buat pedoman,
sebagaimana pernyataan Nya didalam QS Al Ahzab 21:
[33:21] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah
Yang diangkat oleh Allah adalah yatim piatu yang buta huruf
dan tidak memiliki harta/kedudukan tanpa guru
namun berbekal taqwa, ta’at dan tawakkal sehingga menduduki derajat
tertinggi disisi Nya. Semoga kenyataan yang seperti ini bisa kita ambil sebagai
pertimbangan.
Semoga bermanfa’at.
Wassalam.
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar