Jumat, 31 Oktober 2014
PENGALAMANKU YANG BERHARGA
03.27 |
Diposting oleh
Faizahmahrus |
Edit Entri
Mungkin dari sebagian pengalamanku yang lalu, bisa dibuat
pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan
dari para ibu yang merasa resah, karena suaminya anti dan melarang keras
terhadap perkara bid’ah.
Komentar Faizah: Menghindari bid’ah memang ada hadisnya”
Berhati-hatilah terhadap perkara baru, maka sesungguhnya perkara baru itu
bid’ah dan semua bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu (akan) masuk Neraka.
Dari hadis ini aku meninggalkan kegiatan yang dulu kudirikan
(JAMA’AH TAHFIDZIL QUR AN) begitu juga kegiatan yang lain (pembinaan
MTQ, MHQ, dan lain sebagainya). namun ketika itu tanpa komentar bid’ah tapi secara perbuatan aku tinggalkan.
Suatu hari aku diundang kerabat untuk menghadiri Walimah
pengantin serta mengisi acara pembukaan dengan pembacaan GEMA WAHYU ILAHI.
Aku menjawab: Ma’afkanlah wahai kerabatku, mungkin aku tidak
datang dalam acara, karena disitu ada kemungkaran yang tidak mampu menghilangkannya, lebih baik dirumah mendahulukan kewajibanku.
Mereka bertanya: Kemungkaran yang bagaimana?
Faizah: Sering dalam acara itu ada music, pelaminan yang
menyebabkan datangnya dosa (menyambung rambut, mencukur bulu wajah, foto, pengantin
diperlihatkan kepada semua tamu dalam keadaan tabarruj)
Rupanya mereka faham dan Alhamdulillah tidak lama adat-adat seperti itu berkurang/membaik.
Rupanya mereka faham dan Alhamdulillah tidak lama adat-adat seperti itu berkurang/membaik.
Sering aku datang selesai acara, untuk mendo’akan, membawa hadiah ketika ada, sehingga tidak
mengesankan adanya permusuhan/angkuh yang jelas dilarang. Apalagi tetangga yang kesusahan, meskipun datang sebentar/kirim hadiah. Berkaitan dalam judul "JANGAN MEREMEHKAN DAN JANGAN BANGGA" Tahun/bulan 2014/Agustus.
Seringkali ada keluhan dan pertanyaan karena banyak yang
menganggap sesat ketika adanya tahlil, istighosah, Yasinan (bid’ah, ada kesyirikannya).
Faizah: Aku tidak berani melarang untuk mendatangi
undangan, karena hal itu ada perintah, namun undangan dizaman sekarang berbeda dengan dizaman Rasul tanpa buwuan, kado-kado yang bikin keberatan bagi yang tidak mampu, untuk itu sebaiknya acara yang ada perintah saja (walimah pengantin) andaikan ada bacaan yang jelas syiriknya, kita
tidak ikut membaca, atau datang setelah acara juga bisa. Aku dulu setiap
selesai sema’an juga memimpin tahlil, tapi cukup membaca ayat-ayat Al Qur an dan bacaan
yang termasuk pujian.
Kalau dikatakan bid'ah, suamiku saja punya Jam’iyyah rutinan bergilir (meskipun ada yang keberatan) tapi alasannya ta’lim. Aku juga bertanya, berarti ada bid’ah hasanah? Kena apa jama'ah pengajian ibu-ibu harus berhenti? dan aku menta'atinya. Wallahu A’lam.
Kalau dikatakan bid'ah, suamiku saja punya Jam’iyyah rutinan bergilir (meskipun ada yang keberatan) tapi alasannya ta’lim. Aku juga bertanya, berarti ada bid’ah hasanah? Kena apa jama'ah pengajian ibu-ibu harus berhenti? dan aku menta'atinya. Wallahu A’lam.
Ada juga ustadz yang bilang; Bacaan Yasin, tasbih, tahmid,
tahlil, takbir, bacaannya bagus tapi kalau dibaca bersama-sama dalam kelompok
(rutinan, jam’iyyah, ini yang bid’ah).
Begitu juga yang memperbolehkan dzikir secara berjam'ah memang ada dalilnya, asalkan tidak ada bacaan syiriknya.
Aku hanya ingat bahwa perbedaan ummat Muhammad adalah suatu rahmat (selama tidak ada larangan atau tidak diwajibkan ) maka biarkan.saja. Contoh Rasul pernah selesai salat langsung meninggalkan tempatnya, namun yang sering dengan membaca do'a setelah salat. berarti keduanya pernah dilakukan oleh Beliau, karena keadaan ummatnya yang berbeda.
Tanpa komentar (syirik, bid’ah) tidak
ada masalah, yang penting kita tetap menghargai orang lain, menghormati tetangga
(ada perintah: Apabila memasak kuah tambahkan airnya, maksudnya agar tetangganya
bisa ikut merasakannya. Begitu juga ketika datang ni’mat maka keluarga terdekat
aku perhatikan setelah itu tetangga yang membutuhkan.
Mereka tidak akan benci kepada orang yang
berbuat baik, adanya banyak yang tidak suka, karena kurang bijak dalam
berda’wah, kurang perhatian/tidak menghormatinya. Yang membenci Rasul/akan
dibunuh, hanyalah orang –orang Kafir saja, maka tidak layak dibuat pedoman.
pabila masak kuah
tambahkn
Apabila kita belum bisa melebihi kebaikan/perjuangan dari
pimpinan mereka, lebih baik da’wah bilhal terlebih dahulu, setelah kita
tingkatkan kebaikan kita, maka kita sampaikan secara bertahap.
Barang siapa yang percaya kepada Allah
dan hari kemudian (Kiamat) maka bicaralah yang baik atau diamlah. Al Hadis.
elebihi kebikan ng kurang bijak dalam berda'nyakitinyaya,
kita tidak ikut baca, atau
Semoga menjadi pertimbangan, apabila perbuatan saya ini
bertentangan dengan dalil, mohon diberi tahu.
Wassalam.
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar