Rabu, 06 Agustus 2014
NI’MATNYA MENJALANKAN SUNNAH
19.35 |
Diposting oleh
Faizahmahrus |
Edit Entri
Dua pengalaman sebagai pertimbangan bagiku. Yang pertama:
Ketika aku tinggal di Makkah, satu hari setelah lebaran, berkunjung ke rumah teman, mereka terbangun dari tidur, banyak yang berpuasa, tidak ada macam-macam jamuan kecuali korma, air dan halawa tapi dibulan Ramadlan, bergiliran mengundang saudaranya untuk berbuka, kebiasaan itu tanpa rahmat Allah akan terasa berat, sebab nafsu lebih condong kepada perkara baru, mirip perkataan nabi Yusuf. Dalam QS Yusuf 53:
Ketika aku tinggal di Makkah, satu hari setelah lebaran, berkunjung ke rumah teman, mereka terbangun dari tidur, banyak yang berpuasa, tidak ada macam-macam jamuan kecuali korma, air dan halawa tapi dibulan Ramadlan, bergiliran mengundang saudaranya untuk berbuka, kebiasaan itu tanpa rahmat Allah akan terasa berat, sebab nafsu lebih condong kepada perkara baru, mirip perkataan nabi Yusuf. Dalam QS Yusuf 53:
[12:53] Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Aku dulu saling berkunjung (ma’af lahir batin), kesibukan
semakin padat, salat wajib ditunggu tamu ibadahku terganggu, salat sunnah berkurang,
membaca AlQuran jarang, akhirnya aku mengikuti perintah saja (minta maaf
ketika bersalah tanpa menunggu lebaran) aku berpedoman"Apabila di siang hari jangan menunggu waktu sore, apabila di waktu sore jangan menunggu waktu
pagi. Berlomba-lombalah dalam menjalankan kebaikan. Beristighfar/mohon ma’af/mengembalikan hak anak Adam, agar tidak termasuk muflis, yaitu orang yang pailit (semua pahala diberikan kepada orang yang
di salahi/di dzalimi) maka tidak cukup dengan kalimat lahir batin saja.
Muflis biasanya dilakukan oleh orang yang suka hidup
mewah/ni’mat, suka gengsi, hawa nafsu dimanja, tidak bisa menerima apa adanya. Padahal semua ni’mat akan dipertanyakan. Sebagaimana firman Allah dalam QS At
Takaatsur 1-8:
[102:1] Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
[102:2] Sampai kamu masuk kedalam kubur.
[102:7] dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin
[102:8] kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Yang pernah kudengar, adalah perkataan mereka ketika berjumpa dengan teman "Taqabbalallaahu minnaa waminkum. dengan jawaban: Taqabbal yaa kariim.
Wallaahu A'lam kebenarannya, yang jelas tidak salah.
Baju yang baru, mereka punya alasan “Allah itu indah menyukai keindahan”. Menurutku,
hadisnya benar tapi tidak harus baru/mewah, dan tidak terbatas waktu lebaran,
karena ada sahabat yang tidak memiliki jilbab ketika akan salat ‘Id,
akhirnya dipinjami saudaranya. Bagi yang
punya hutang, hendaknya mendahulukan
hutang, karena Rasul tidak mau menyalati orang yang punya hutang kecuali ada
yang melunasinya.
Pengalaman yang kedua:
Setelah tiga kali ada masalah (transfer, saldo rekening, mungkin
mesinnya ada gangguan) Sehingga aku lebih percaya kepada Allah, ketika
anak-anakku kirim uang, saya tasarrufkan/menyediakan untuk kebaikan. Karena Allah berjanji dalam
firman Nya QS Sabak 39:
[34:39] Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
Kebanyakan orang merasa berat ketika menafkahkan sebagian hartanya, namun Allah berfirman"Kalian tidak akan memperoleh kebaikan sehingga kalian menafkahkan harta yang kalian sukai".
Adapun bagi orang yang meminjami Allah, akan dilipat
gandakan. Sebagaimana janji Nya dalam QS At Taghabun 17:
[64:17] Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
Kemarin aku berobah (uang saya biarkan di rekening untuk
korban) setelah itu ada kendala/masalah.
Meskipun ada harapan uang itu kembali, namun saya ingat bahwa Allah Maha
Kuasa (apabila berkehendak maka dengan
kalimat “KUN”. Jadilah maka jadi) tapi aku membiarkannya. Aku baru ingat firman
Allah dalam QS Yasin 82:
[36:82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Ketika ada orang bertanya tentang menyimpan uang di Bank. Suamiku
(ustadz Mahrus) menjawab: Tidak usah, lebih baik di belikan tanah/hewan ternak
agar selamat dari riba/sama dengan membantu mereka. (Itulah pendapatnya beliau dulu).
Aku ingat bahayanya (pemberi makan riba, penulisnya)
dila’nat, apabila uang itu disimpan berarti menyimpan bara api Neraka dan
memerangi Allah, akhirnya dilarang. Dalam QS Al baqarah 275-279:
[2:275] Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
[2:276] Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa
[2:277] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati
[2:278] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
[2:279] Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Aku lupa bahwa kekuasaan Allah (tanpa persiapan sebelumnya).
Contoh: Tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular. Lantas di kembalikan semula,
tangannya bersinar. Sebagaimana tercantum dalam QS Taha 19-23:
[20:19] Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!"
[20:19] Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!"
[20:20] Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
[20:21] Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,
[20:22] dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mu'jizat yang lain (pula),
[20:23] untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar,
Mu’jizat di berikan, setelah Nabi Musa termasuk orang yang
tulus, ikhlas hanya karena Allah dalam menjalankan sesuatu/ibadah/berda’wah.Begitu juga mu'jizat terbesar bagi Rasul, adalah Al Qur an yang diturunkan secara berangsur-angsur, terkadang ada kejadian sehingga wahyu diturunkan.
Manusia tempatnya
salah dan lupa, padahal tanpa menabung di Bank, Allah mengabulkan rencana
baikku, aku hanya ingat hadis Qudsi menyebutkan, Allah berfirman: ”Barang siapa
sibuk dengan Al Quran untuk berdzikir kepada Ku, maka akan Ku beri sesuatu yang
paling utama yang Aku berikan kepada orang-orang yang sama minta”.
Adapun bagi orang yang bertaqwa, maka janji Allah akan di
buka pintu keberkahan. Sebagaimana tercantum dalam QS Al A’raf 96:
[7:96] Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Semoga bermanfaat dunia akhirat.
Wassalam
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar