Rabu, 03 April 2013
Pentingnya ikhlas
16.04 |
Diposting oleh
Faizahmahrus |
Edit Entri
PENTINGNYA IKHLASH.
Bismillaahirrahmaanirrahmaanirrahiim
Kepada:
Yth: Pengasuh PPPA rumah tahfidzil
Quran {Ustaz Yusuf Mansur).
Di:Tempat
Assalamualaikum Wr Wb.
Afwan ustaz, mungkin tidak salah kalau saya ingin bertanya tentang terlaksananya “ Wisuda
penghafal Al Quran” yang di sambut oleh
banyak masyarakat Tapi dalam acara tersebut di sertai hiburan-hiburan yang mendatangkan kema’shiatan dengan menghabiskan banyak biyaya, sehingga banyak orang yang memberi
komentar tentang larangan mencampur
adukkan antara kebaikan dan kebatilan. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Al
Baqarah 42:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(42)
Dan janganlah kamu campur adukkan
yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang
kamu mengetahui.
Lantas ustaz menjawab: yang maksudnya" Tamu
(penghibur musik, tari” BARONGSAI”) datang ikut menghormat, masa di tolak?".
Nah dari jawaban ustaz inilah yang
dibuat pedoman oleh orang-orang bodoh, berarti boleh menayangkan kemungkaran
dalam rangka menyambut penghafal Al Quran/. Mestinya kita berpegang terhadap
larangan Allah yang tercantum dalam QS
Al Maidah 2.
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ(
Dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
Yang ingin saya tanyakan:
1- Bukankah membaca Al Quran adalah
merupakan suatu ibadah ? Otomatis
membutuhkan keikhlasan? Bagaimanakah dengan fiman Allah yang tercantum dalam
QS Al Bayyinah 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ(5)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Dari kesimpulan ayat tersebut
diatas, betapa pentingnya lurus/ ikhlash, maka dari itu Allah berpesan kepada pembaca
Al Quran, hendaknya mohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk, agar setan tidak bisa mengganggunya. Sebagaimana tercantum dalam QS An Nahl 98-99.
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(98)إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ(99)
Apabila kamu membaca Al Qur'an,
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman
dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Penghafal Al Quran, para darmawan, pejuang di jalan Allah, memang punya kelebihan yang luar biasa, namun
harus waspada, jangan sampai melalaikan isi Al Quran. dan tetap menjaga keikhlasan, agar tidak sia-sia dan bisa selamat dari siksaan api neraka.
Karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim. Sebagai berikut:
إنَّ أوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يوْمَ الْقِيامَةِ
عَليْهِ رجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِىَ بِهِ، فَعرَّفَهُ نِعْمَتَهُ، فَعَرفَهَا،
قالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيها؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ: قالَ كَذَبْت،
وَلكِنَّكَ قَاتلْتَ لأنَ يُقالَ جَرِيء، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلى
وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ في النَّارِ. وَرَجُل
تَعلَّم الْعِلّمَ وعَلَّمَهُ، وقَرَأ الْقُرْآنَ، فَأتِىَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ
نِعَمهُ فَعَرَفَهَا. قالَ: فمَا عمِلْتَ فِيهَا؟ قالَ: تَعلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأتُ فِيكَ الْقُرآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، ولكِنَّك تَعَلَّمْت
الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وقَرَأتُ الْقرآن لِيقالَ: هو قَارِىءٌ، فَقَدْ
قِيلَ، ثُمَّ أمِرَ، فَسُحِبَ عَلى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ في النَّارِ، وَرَجُلٌ
وسَّعَ اللَّه عَلَيْهِ، وَأعْطَاه مِنْ أصنَافِ المَال، فَأُتِى بِهِ فَعرَّفَهُ
نعمَهُ، فَعَرَفَهَا. قال: فَمَا عَمِلْت فيها ؟ قال: ما تركتُ مِن سَبيلٍ
تُحِبُّ أنْ يُنْفَقَ فيهَا إلاَّ أنْفَقْتُ فيها لَك. قَالَ: كَذَبْتَ، ولكِنَّكَ
فَعَلْتَ ليُقَالَ: هو جَوَادٌ فَقَدْ قيلَ، ثُمَّ أمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وجْهِهِ ثُمَّ ألْقِىَ في النار
Dari Abi Hurairah-radliyallahu anhu,
ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:”
Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang
mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
nikmat-nikmat (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya
kepadanya:’Amal apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?’,Ia
menjawab:’Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’
Allah berfirman:’ Kamu dusta! kamu berperang supaya dikatakan seorang yang
gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang
dirimu).’Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu dengan
mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. berikutnya (yang
diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al
Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya,
maka ia pun mengakuinya. Lalu Allah menanyakannya:’ Amal apakah yang kamu
lakukan dengan nikmat-nikmat itu?.’ Ia menjawab:’Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya serta aku membaca Al Qur’an hanyalah karena Engkau.” Allah
berfirman:’ Kamu dusta! Kamu menuntut Ilmu agar dikatakan seorang alim (yang
berilmu) dan kamu membaca Al Qur’an supaya dikatakan seorang qori’ (pembaca Al
Qur’an yang baik). Memang begitulah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya
ke dalam neraka. Berikutnya (yang didadili) adalah orang yang diberi rezeki
dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenali (mengakuinya). Allah bertanya
:’ Apa yang kamu perbuat dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab :’ Aku
tidak pernah meninggalkan shadaqoh dan infak pada jalan yang Engkau cintai,
melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman:’
Kamu dusta! kamu berbuat yang demikian supaya dikatakan seorang dermawan (murah
hati) dan memang begitulah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya kedalam
neraka.”
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwatkan oleh:
1. Muslim, Kitabul Imarah bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah
Istahaqqannar 6/47 atau 3/1513-1514 no 1905
2. An-Nasai, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala: Fulan Jari’,
Sunan
Nasai 6/23-24
3. Ahmad, dalam Musnad Ahmad 2/322
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani -rahimahullah- dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/85 no 20 dan dalam Shahih
An-Nasai 2/658 no 2940.
Hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunan-nya, Kitab Az Zuha’ bab Majaa’a fir Riya’ wa Sum’ah, Tuhfatul Ahwadzi 7/54 no 2489, Ibnu Khuzaimah dalam shahih-nya no 2482 dan Ibnu Hibban no 2502- Mawaridudh Dham’an.
Para perawi hadits ini tsiqoh (terpercaya). Kecuali Al Walid bin Abil Walid Abu Utsman. Dikatakan oelh Al Hafidh bahwa dia layyinul hadits (lemah haditsnya) dalam Taqribul Tahdzib 2/290 tahqiq Musthafa Abdul Qodir ‘Atha. Perkataan ini keliru karena karena Al Walid bin Abdil Walid termasuk perawi Imam Muslim dan dikatakan tsiqoh oleh Abu Zur’ah Ar Razi (lihat Al Jarh wa Ta’dil juz 9 hal 19-20).
At-Tirmidzi berkata tentang hadits ini : Hasan gharib, sedangkan AL hakim berkata : Shahihul isnad dan disetujui oleh Adz Dzahabi dalam Mustadrak Al hakim 1/419, lihat Ta’liq Sunan At Tirmidzi 4/169 dan Ta’liq Shahih Shahih Ibnu Khuzaimah 4/115.
Hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunan-nya, Kitab Az Zuha’ bab Majaa’a fir Riya’ wa Sum’ah, Tuhfatul Ahwadzi 7/54 no 2489, Ibnu Khuzaimah dalam shahih-nya no 2482 dan Ibnu Hibban no 2502- Mawaridudh Dham’an.
Para perawi hadits ini tsiqoh (terpercaya). Kecuali Al Walid bin Abil Walid Abu Utsman. Dikatakan oelh Al Hafidh bahwa dia layyinul hadits (lemah haditsnya) dalam Taqribul Tahdzib 2/290 tahqiq Musthafa Abdul Qodir ‘Atha. Perkataan ini keliru karena karena Al Walid bin Abdil Walid termasuk perawi Imam Muslim dan dikatakan tsiqoh oleh Abu Zur’ah Ar Razi (lihat Al Jarh wa Ta’dil juz 9 hal 19-20).
At-Tirmidzi berkata tentang hadits ini : Hasan gharib, sedangkan AL hakim berkata : Shahihul isnad dan disetujui oleh Adz Dzahabi dalam Mustadrak Al hakim 1/419, lihat Ta’liq Sunan At Tirmidzi 4/169 dan Ta’liq Shahih Shahih Ibnu Khuzaimah 4/115.
Dari rahasia hadis tersebut, agar manusia dalam beribadah, benar-benar ikhlas karena Allah bukan karena manusia. Maka dari itu penghafal Al Quran yang mau membaca ketika salat, punya keistimewaan tersendiri. Adapun hadisnya sudah saya cantumkan dalam blog saya yang berjudul " KEISTIMEWAAN AL QURAN" Bulan dan tahunnya( 06 / 2012).
3- Apakah acara yang meriah (mencampur
antara kebaikan dan hiburan itu ) dikarenakan ghuluw ( berlebihan)? Sehingga tidak mampu untuk ber amar ma’ruf dan
nahi mungkar?
Apakah ini rahasia dari larangan
Allah yang tercantum dalam QS Al Maidah 77.
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي
دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ
قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ(77)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab,
janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam
agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat
dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."
Komentar Faizah: Sesuatu yang tidak
pernah dilakukan oleh para nabi/ sahabat, sebaiknya tidak usah diada-adakan atau
dibesar-besarkan. Apalagi ada larangan. Bila diterjang maka berdampak
negatif, akhirnya menolak kemungkaran secara haluspun tidak mampu) apalagi amar
ma’ruf nahi mungkar. Untuk apa mengerjakan sesuatu yang tidak ada perintah lantas mendatangkan beberapa keharaman yang membikin Allah cemburu???
4- Bukankah orang kafir dari bani
Israil di la’nat oleh Allah di sebabkan
mereka melampaui batas dan tidak saling mencegah dari perbuatan yang mungkar?
Setia terhadap orang musyrik? Sebagaimana tercantum dalam QS Al Maidah 78- 81.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا
وَكَانُوا يَعْتَدُونَ(78)كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ
لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(79)تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ(80)وَلَوْ كَانُوا
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ
أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ(81)
Telah dila`nati orang-orang kafir
dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari
mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya
amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah
kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman
kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya
(Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi
penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.
5- Bukankah dana yang begitu besar,
lebih layak untuk di gunakan sesuai dengan perintah Allah ? agar tidak termasuk
pemboros, karena ada larangan. Sebagaimana tercantum dalam QS
Al Isra’ 25-27:
رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ
تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا(25)وَءَاتِ ذَا
الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا(26)إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ
الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا(27)
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang
ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha
Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Maaf ustaz, oleh karenanya tindakan
seorang pimpinan senantiasa diperhatikan oleh masyarakat, bahkan dibuat pedoman.
Sedangkan manusia tempatnya hilaf, untuk itu benarlah pesan Allah agar memberi
peringatan, karena peringatan bermanfaat untuk orang mukmin. Anggaplah sebagai
masukan yang berharga. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Az Zariyat 55- 56:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ
الْمُؤْمِنِينَ(55)وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ(56)
Dan tetaplah memberi peringatan,
karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Pesan Faizah:
Penghafal Al Quran, membutuhkan
perjuangan dan kesabaran yang tinggi, untuk itu kita arahkan mereka agar sesuai
dengan kehendak Allah jangan sampai bertentangan dengan isinya Al Quran.
Karena Allah memberi perumpamaan (bagi orang yang tidak mengamalkannya ibarat
keledai yang memikul kitab). Sebagaimana tercantum dalam QS Al jum’at 5:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ
لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ
الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ(5)
Perumpamaan orang-orang yang
dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti
keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim.
Semoga bermanfaat bila
terdapat hilaf mohon diberitahu
Wassalam .
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar