pembukaan

Rabu, 03 April 2013

Pentingnya ikhlas


                                                         PENTINGNYA  IKHLASH.


                                                       Bismillaahirrahmaanirrahmaanirrahiim



                                                                                                                                      Kepada:

                                               Yth: Pengasuh PPPA rumah tahfidzil   Quran                                                    {Ustaz Yusuf Mansur).

                                                     Di:Tempat

Assalamualaikum Wr    Wb.

 Afwan ustaz, mungkin tidak salah  kalau saya  ingin bertanya tentang terlaksananya “ Wisuda penghafal Al Quran”  yang di sambut oleh banyak masyarakat Tapi dalam acara tersebut di sertai  hiburan-hiburan yang mendatangkan  kema’shiatan dengan menghabiskan banyak biyaya, sehingga banyak orang yang memberi komentar  tentang larangan mencampur adukkan antara kebaikan dan kebatilan. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Al Baqarah 42: 
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(42)
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

Lantas ustaz menjawab: yang maksudnya" Tamu (penghibur musik, tari” BARONGSAI”) datang ikut menghormat, masa di tolak?".  

Nah dari jawaban ustaz inilah yang dibuat pedoman oleh orang-orang bodoh, berarti boleh menayangkan kemungkaran dalam rangka menyambut penghafal Al Quran/. Mestinya kita berpegang terhadap larangan  Allah yang tercantum dalam QS Al Maidah 2.
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ(

Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Yang ingin saya tanyakan:

1- Bukankah membaca Al Quran adalah merupakan suatu  ibadah ? Otomatis membutuhkan keikhlasan? Bagaimanakah dengan fiman Allah yang tercantum dalam QS Al Bayyinah 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ(5)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Dari kesimpulan ayat tersebut diatas, betapa pentingnya lurus/ ikhlash, maka dari itu Allah berpesan kepada pembaca Al Quran, hendaknya mohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, agar setan tidak bisa mengganggunya.  Sebagaimana tercantum dalam QS An Nahl 98-99.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(98)إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ(99)
Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.

Penghafal Al Quran, para darmawan, pejuang di jalan Allah,  memang punya kelebihan yang luar biasa, namun harus waspada, jangan sampai melalaikan isi Al Quran. dan tetap menjaga keikhlasan, agar tidak sia-sia dan bisa selamat dari siksaan api neraka.

 Karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sebagai berikut:

إنَّ أوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يوْمَ الْقِيامَةِ عَليْهِ رجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِىَ بِهِ، فَعرَّفَهُ نِعْمَتَهُ، فَعَرفَهَا، قالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيها؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ: قالَ كَذَبْت، وَلكِنَّكَ قَاتلْتَ لأنَ يُقالَ جَرِيء، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ في النَّارِ. وَرَجُل تَعلَّم الْعِلّمَ وعَلَّمَهُ، وقَرَأ الْقُرْآنَ، فَأتِىَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمهُ فَعَرَفَهَا. قالَ: فمَا عمِلْتَ فِيهَا؟ قالَ: تَعلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأتُ فِيكَ الْقُرآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، ولكِنَّك تَعَلَّمْت الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وقَرَأتُ الْقرآن لِيقالَ: هو قَارِىءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أمِرَ، فَسُحِبَ عَلى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ في النَّارِ، وَرَجُلٌ وسَّعَ اللَّه عَلَيْهِ، وَأعْطَاه مِنْ أصنَافِ المَال، فَأُتِى بِهِ فَعرَّفَهُ نعمَهُ، فَعَرَفَهَا. قال: فَمَا عَمِلْت فيها ؟ قال: ما تركتُ مِن سَبيلٍ تُحِبُّ أنْ يُنْفَقَ فيهَا إلاَّ أنْفَقْتُ فيها لَك. قَالَ: كَذَبْتَ، ولكِنَّكَ فَعَلْتَ ليُقَالَ: هو جَوَادٌ فَقَدْ قيلَ، ثُمَّ أمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وجْهِهِ ثُمَّ ألْقِىَ في النار
Dari Abi Hurairah-radliyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:” Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya:’Amal apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?’,Ia menjawab:’Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman:’ Kamu dusta! kamu berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu dengan mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. berikutnya (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Lalu Allah menanyakannya:’ Amal apakah yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?.’ Ia menjawab:’Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al Qur’an hanyalah karena Engkau.” Allah berfirman:’ Kamu dusta! Kamu menuntut Ilmu agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan kamu membaca Al Qur’an supaya dikatakan seorang qori’ (pembaca Al Qur’an yang baik). Memang begitulah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang didadili) adalah orang yang diberi rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenali (mengakuinya). Allah bertanya :’ Apa yang kamu perbuat dengan  nikmat-nikmat itu? Dia menjawab :’ Aku tidak pernah meninggalkan shadaqoh dan infak pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman:’ Kamu dusta! kamu berbuat yang demikian supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya kedalam neraka.”

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwatkan oleh:
1.    Muslim,  Kitabul Imarah bab Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ah Istahaqqannar 6/47 atau 3/1513-1514 no 1905
2.    An-Nasai, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala: Fulan Jari’, Sunan Nasai 6/23-24
3.    Ahmad, dalam Musnad Ahmad 2/322
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani -rahimahullah- dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/85 no 20 dan dalam Shahih An-Nasai 2/658 no 2940.
Hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam sunan-nya, Kitab Az Zuha’ bab Majaa’a fir Riya’ wa Sum’ah, Tuhfatul Ahwadzi 7/54 no 2489, Ibnu Khuzaimah dalam shahih-nya no 2482 dan Ibnu Hibban no 2502- Mawaridudh Dham’an.
Para perawi hadits ini tsiqoh (terpercaya). Kecuali Al Walid bin Abil Walid Abu Utsman. Dikatakan oelh Al Hafidh bahwa dia layyinul hadits (lemah haditsnya) dalam Taqribul Tahdzib 2/290 tahqiq Musthafa Abdul Qodir ‘Atha. Perkataan ini keliru karena karena Al Walid bin Abdil Walid termasuk perawi Imam Muslim dan dikatakan tsiqoh oleh Abu Zur’ah Ar Razi (lihat Al Jarh wa Ta’dil juz 9 hal 19-20).
At-Tirmidzi berkata tentang hadits ini : Hasan gharib, sedangkan AL hakim berkata : Shahihul isnad dan disetujui oleh Adz Dzahabi dalam Mustadrak Al hakim 1/419, lihat Ta’liq Sunan At Tirmidzi 4/169 dan Ta’liq Shahih Shahih Ibnu Khuzaimah 4/115.

Dari rahasia hadis tersebut, agar manusia dalam beribadah, benar-benar ikhlas karena Allah bukan karena manusia. Maka dari itu penghafal Al Quran yang mau membaca ketika salat, punya keistimewaan tersendiri. Adapun hadisnya sudah saya cantumkan dalam blog saya yang berjudul " KEISTIMEWAAN AL QURAN" Bulan dan tahunnya( 06 / 2012).

3- Apakah acara yang meriah (mencampur antara kebaikan dan hiburan itu ) dikarenakan ghuluw ( berlebihan)?  Sehingga tidak mampu untuk ber amar ma’ruf dan nahi mungkar?
Apakah ini rahasia dari  larangan  Allah yang tercantum dalam QS Al Maidah 77.

قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ(77)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."

Komentar Faizah: Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh para nabi/ sahabat, sebaiknya tidak usah diada-adakan atau dibesar-besarkan. Apalagi ada larangan. Bila diterjang maka berdampak negatif, akhirnya menolak kemungkaran secara haluspun tidak mampu) apalagi amar ma’ruf nahi mungkar. Untuk apa mengerjakan sesuatu yang tidak ada perintah lantas mendatangkan beberapa keharaman yang membikin Allah cemburu???

4- Bukankah orang kafir dari bani Israil di la’nat oleh  Allah di sebabkan mereka melampaui batas dan tidak saling mencegah dari perbuatan yang mungkar? Setia terhadap orang musyrik? Sebagaimana tercantum dalam QS Al Maidah 78- 81.

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ(78)كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(79)تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ(80)وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ(81)
Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.

5- Bukankah dana yang begitu besar, lebih layak untuk di gunakan sesuai dengan perintah Allah ? agar tidak termasuk pemboros, karena ada larangan. Sebagaimana tercantum dalam QS Al Isra’ 25-27:

رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا(25)وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا(26)إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا(27)
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Maaf ustaz, oleh karenanya tindakan seorang pimpinan senantiasa diperhatikan oleh masyarakat, bahkan dibuat pedoman. Sedangkan manusia tempatnya hilaf, untuk itu benarlah pesan Allah agar memberi peringatan, karena peringatan bermanfaat untuk orang mukmin. Anggaplah sebagai masukan yang berharga.  Sebagaimana  yang tercantum dalam QS Az Zariyat 55- 56:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ(55)وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ(56)
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Pesan Faizah:
Penghafal Al Quran, membutuhkan perjuangan dan kesabaran yang tinggi, untuk itu kita arahkan mereka agar sesuai dengan kehendak Allah jangan sampai bertentangan dengan isinya Al Quran. Karena Allah memberi perumpamaan (bagi orang yang tidak mengamalkannya ibarat keledai yang memikul kitab). Sebagaimana tercantum dalam QS Al jum’at 5:

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(5)
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.




            Semoga bermanfaat bila terdapat hilaf mohon diberitahu

                                               Wassalam .     

0 komentar:

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

About Me

Faizahmahrus
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengunjung