Minggu, 21 Juli 2013
KEUTAMAAN PUASA.
16.23 |
Diposting oleh
Faizahmahrus |
Edit Entri
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
KEUTAMAAN RAMADLAN.
KEUTAMAAN RAMADLAN.
Rasulullah SAW adalah satu- satunya utusan yang paling
bijaksana dan sangat berbelas kasih kepada ummatnya, sehingga perbuatan yang
sekiranya memberatkan kepada ummatnya, beliau meringankannya. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits:
ٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ
أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْه أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً مِنْ جَوْفِ
اللَّيْلِ فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ فَأَصْبَحَ
النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّى فَصَلَّوْا مَعَهُ
فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنْ اللَّيْلَةِ
الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَصَلَّى فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ فَلَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ
عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا
قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمْ وَلَكِنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْتَرَضَ
عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
Dari Ibnu Syihab telah mengabarkan
kepada saya 'Urwah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha mengabarkannya bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam keluar kamar di tengah
malam untuk melaksanakan shalat di masjid. Maka orang-orang kemudian ikut
shalat mengikuti shalat Beliau. Pada waktu paginya orang-orang membicarakan
kejadian tersebut sehingga pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul
bertambah banyak lalu ikut shalat dengan Beliau. Pada waktu paginya orang-orang
kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga
orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk shalat dan mereka ikut shalat bersama
Beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama'ah
hingga akhirnya Beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah Beliau selesai
shalat Fajar, Beliau menghadap kepada orang banyak kemudian Beliau membaca
syahadat lalu bersabda: "Amma ba'du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu
keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut nanti menjadi diwajibkan
atas kalian sehingga kalian menjadi keberatan karenanya". Kemudian setelah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, tradisi shalat
(tarawih) secara berjamaah terus berlangsung seperti itu. HR Bukhari HADIST NO –
1873
Beliau bertindak bukan karena
menuruti kehendaknya atau menuruti kehendak orang banyak, tapi dengan
kebijaksanaan, agar tidak memberatkan kepada ummatnya. Contoh: Salat tarawih Beliau
cuma menjalankannya 3 malam ( dari yang pertama ) dan pada malam Lailatul
Qadar saja. Namun salat malam ( tahajjud ) selalu dijalankan secara istiqamah (
rutin ) baik di bulan Ramadlan atau diluar Ramadlan, itulah perbuatan orang yang memiliki derajat
tinggi di sisi Allah. Berdasarkan konsep QS Al Isra 79- 80:
وَمِنَ
اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ
مَقَامًا مَحْمُودًا(79)وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي
مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا(80)
Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan
katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Al isra’
Adapun salat tarawih ( yang dilakukan
ketika malam Lailatul Qadar ) yaitu
dimulai dari malam 21, 23, 25, 27, dan
29. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ فَإِذَا كَانَ
مِنْ حِينِ تَمْضِي عِشْرُونَ لَيْلَةً وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ يَرْجِعُ
إِلَى مَسْكَنِهِ وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ ثُمَّ إِنَّهُ أَقَامَ فِي
شَهْرٍ جَاوَرَ فِيهِ تِلْكَ اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا فَخَطَبَ
النَّاسَ فَأَمَرَهُمْ بِمَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي كُنْتُ أُجَاوِرُ
هَذِهِ الْعَشْرَ ثُمَّ بَدَا لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ
فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَبِتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ
اللَّيْلَةَ فَأُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ
وِتْرٍ وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ
الْخُدْرِيُّ مُطِرْنَا لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي
مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ
وَقَدْ انْصَرَفَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَوَجْهُهُ مُبْتَلٌّ طِينًا وَمَاءً و حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ
يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ
الْعَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ
أَنَّهُ قَالَ فَلْيَثْبُتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَالَ وَجَبِينُهُ مُمْتَلِئًا
طِينًا وَمَاءً
Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu
'anhu, ia berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan
I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadlan, dan ketika dua puluh hari
dari bulan Ramadlan telah berlalu dan hari ke dua puluh satu akan segera masuk,
beliau kembali ke tempat tinggalnya dan orang-orang yang ikut beri'tikaf
bersamanya pun ikut pulang. Namun pada malam ke dua puluh satu Ramadlan, beliau
kembali beri'tikaf dan menyuruh orang-orang agar ikut beri'tikaf bersamanya:
"Barangsiapa yang ingin beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia bermalam di
tempat I'tikafnya. Dan sesungguhnya, aku telah melihat (bahwa) malam ini
(adalah malam lalaitul Qadar), namun aku dilupakan kembali. Karena itu, carilah
(Lailatul Qadar itu) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Yakni pada
setiap malam ganjil. Dan aku juga telah bermimpi sujud di tanah yang
basah." Abu Sa'id berkata, "Hujan pun turun pada malam ke dua puluh
satu hingga air hujan itu merambat ke tempat shalat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Aku melihat ke tempat itu, ternyata beliau telah beranjak
usai menunaikan shalat Shubuh, sementara di wajah beliau basah dengan tanah
bercampur air." Dan Telah mennceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni Ad Darawardi, dari Yazid dari
Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Sa'id Al Khudri
radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata; "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadlan." Maka
ia pun menyebutkan hadits yang semisalnya, hanya saja ia menyebutkan;
"FALYUTSBIT FI MU'TAKAFIHI (Hendaklah ia menetap di tempat
I'tikafnya)." Dan ia juga menyebutkan; "WA JABIINUHU MUMTALI`AN
THIINAN WA MAA`AN.
Adapun bagi orang yang melaksanakan
salat tarawih mulai awal hingga akhir dengan berjama’ah tidak ada larangan,
karena Rasul juga pernah menjalankan
meskipun cuma hari pertama hingga malam ketiga saja, setelah itu dilanjutkan pada malam Lailatul
Qadar.
Adapun
salat ( tahajjud ) yang biasanya Beliau
lakukan adalah sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ
سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ مَا تَرَى فِي صَلَاةِ اللَّيْلِ
قَالَ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ الصُّبْحَ صَلَّى وَاحِدَةً فَأَوْتَرَتْ
لَهُ مَا صَلَّى وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ وِتْرًا
فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِهِ
Dari 'Abdullah bin 'Umar berkata,
"Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang
pada saat itu sedang di atas mimbar, "Bagaimana cara shalat malam?"
Beliau menjawab: "Dua rakaat dua rakaat. Apabila dikhawatirkan masuk
shubuh, maka shalatlah satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat
sebelumnya." Ibnu 'Umar berkata, "Jadikanlah witir sebagai shalat
terakhir kalian, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan hal
yang demikian." HR Bukhari HADIST NO - 452
Adapun witirnya 2 rakaat salam ditambah 1 rakaat salam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِثَلَاثٍ يَقْرَأُ فِيهِنَّ بِتِسْعِ سُوَرٍ مِنْ
الْمُفَصَّلِ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِثَلَاثِ سُوَرٍ آخِرُهُنَّ قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ
Dari Ali dia berkata, bahwa Nabi Shallahu
'alaihi wa sallam shalat witir sebanyak tiga raka'at, beliau membaca sembilan surat dengan disambung, dalam satu raka'at beliau membaca
tiga surat
sekaligus, dan diraka'at terakhir beliau membaca QUL HUWALLAHU AHAD. HADIST NO
– 422 HR Tirmidzi
Adapun bagi yang memilih wirtir 5
rakaat, atau 3 rakaat, boleh juga 1 rakaat. Sebagaimana hadits:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ
بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
Dari Abu Ayyub Al Anshari ia
berkata; Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Witir adalah sebuah
hak atas setiap muslim, barang siapa yang hendak melakukan witir lima raka'at maka
hendaknya ia melakukankannya dan barang siapa yang hendak melakukan witir tiga
raka'at maka hendaknya ia melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan
witir satu raka'at maka hendaknya ia melakukannya." HR Abu dawud HADIST NO – 1212.
Namun secara kenyataan, beliau sangat
menganjurkan kepada para istrinya untuk ikut salat tarawih / salat di malam
Lailatul Qadar yang dimulai dari malam 21 Ramadlan. Sebagaimana yang tercantum
dalam hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha
berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir
(dari bulan Ramadhan), Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan
malamnya dengan ber'ibadah dan membangunkan keluarga Beliau". HR Bukhari
HADIST NO - 1884
Karena pahalanya yang berlipat ganda
( lebih baik dari seribu bulan ) Apalagi
para Malaikat sama turun sampai fajar
terbit ( untuk mengurus semua urusan ).
Sebagaimana tercantum dalam QS Al Qadr 1- 5:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Mungkin berdasarkan ayat tersebut,
sehingga ada orang bilang “ BULAN OBRAL PAHALA “. Memang, betapa mulianya bulan Ramadlan yang
memiliki banyak keistimewaan. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits sahih:
عن اَبى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ
صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ
قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ
بِصَوْمِهِ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Ta'ala
telah berfirman: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum ) puasa ) sesungguhnya
shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan shaum itu
adalah benteng, maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan
shaum, maka janganlah dia berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika
ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia
mengatakan 'Aku orang yang sedang shaum. Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad
berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di
sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang shaum
akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya,
yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia
bergembira disebabkan 'ibadah shaumnya itu". HR Bukhari HADIST NO - 1771
Hadits diatas sebagai pendukung
tentang keutamaan bulan Ramadlan, namun ada juga perawi yang meriwayatkan hadits ( lemah ), tapi tidak bertentangan dengan ayat.
Adapun hadtsnya sebagai berikut:
عن سَلْمَانَ الْفَارِسِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : خَطَبَنَارَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اٰخِرِشَعْبَانَ فَقَالَ : اَيُّهَاالنَّاسُ قَدْ اَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ فِيْهِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ اللهُ صِيَامَهٗ فَرِيْضَةً وَقِيَامَ لَيْلَةٍ تَطَوُّعًا مَنْ تَطَوَّعَ (تَقَرَّبَ) فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ اَدَّى الْفَرِيْضَةَ فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ اَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ اَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَهُوَ شَهْرٌ يُزَادُ فِيْهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ وَهُوَشَهْرٌ اَوَّلُهٗ رَحْمَةٌ وَاَوْسَطُهٗ مَغْفِرَةٌ وَاٰخِرُهٗ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ.(رواه ابن حزيمة
Dari Salman Al-Farisi ra berkata : Rasulullah saw memberi khuthbah kepada kami di hari akhir dari bulan Sya’ban dan bersabda : “Hai sekalian manusia akan datang bulan yang agung (Ramadhan) yaitu bulan yang penuh berkah di dalamnya. Dalam bulan itu ada malam yang mulia (lailatul qadr)yang lebih utama dari pada seribu bulan. Allah telah mewajibkan puasa di bulan itu, dan shalat tarawih di malamnya sebagai ibadah sunah. Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan itu pahalanya seperti melakukan ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan ditambahnya rizki orang mukmin, bulan di awalnya menjadi rahmat, di tengahnya menjadi ampunan dan di akhirnya merupakan kebebasan dari neraka.(HR. Ibnu Huzaimah)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :
لَوْيَعْلَمُ مَافِى هٰذَاالشَّهْرِ مِنَ الْخَيْرَاتِ لَتَمَنَّتْ اُمَّتِى اَنْ يَكُوْنَ رَمَضَانُ السَّنَةَ كُلَّهَا (رواه الطبرانى)
Artinya : “Seandainya umatku mengerti kebaikan-kebaikan yang ada di bulan ini (Ramadhan), niscaya umatku mengharapkan dalam setahun menjadi Ramadhan semuanya.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah memperbanyak berdo’a
dalam malam Lailatul Qadar. Sebagaimana
tercantum dalam hadits:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ
عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Dari Aisyah ia berkata; wahai
Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang
aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; ALLAAHUMMA INNAKA
'AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau
Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka
ampunilah aku). Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih. HR
Tirmidzi HADIST NO - 3435
Adapun yang sering diturunkannya
malam Lailatul Qadar adalah: malam yang ke 27 Ramadlan atau malam yang ganjil
pada malam lailatul Qadar. Sebagaimana hadits:
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ
رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي
الْوِتْرِ مِنْهَا
Dari Salim dari bapaknya radliallahu
'anhu, ia berkata; Seorang bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada malam
kedua puluh tujuh bulan Ramadlan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Aku bermimpi seperti mimipimu, yaitu pada sepuluh malam yang
akhir. Karena itu, carilah ia pada malam-malam yang ganjil." HR Muslim
HADIST NO – 1987
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
رَأَيْتُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأَنَّ
بِيَدِي قِطْعَةَ إِسْتَبْرَقٍ فَكَأَنِّي لَا أُرِيدُ مَكَانًا مِنْ الْجَنَّةِ
إِلَّا طَارَتْ إِلَيْهِ وَرَأَيْتُ كَأَنَّ اثْنَيْنِ أَتَيَانِي أَرَادَا أَنْ
يَذْهَبَا بِي إِلَى النَّارِ فَتَلَقَّاهُمَا مَلَكٌ فَقَالَ لَمْ تُرَعْ
خَلِّيَا عَنْهُ فَقَصَّتْ حَفْصَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِحْدَى رُؤْيَايَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ
فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ وَكَانُوا
لَا يَزَالُونَ يَقُصُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الرُّؤْيَا أَنَّهَا فِي اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ
تَوَاطَأَتْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا
فَلْيَتَحَرَّهَا مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
Dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma
berkata: "Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam aku pernah
bermimpi, ditanganku ada sehelai kain sutera dan seakan tidaklah aku
menginginkan satu tempat di surga kecuali akan segera nampak buatku. Aku juga
mengalami mimpi yang lain, aku melihat dua malaikat yang membawaku ke dalam
neraka, disana keduanya ditemui oleh malaikat yang lain seraya berkata;
"Jangan kamu takut, tolong biarkan orang ini leluasa". Kemudian
Hafshah menceritakan salah satu mimpiku itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh
'Abdullah menjadi orang yang paling berbahagia jika mau shalat malam".
'Abdullah radliallahu 'anhu adalah orang yang senantiasa mendirikan shalat
malam sementara para sahabat selalu menceritakan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam tentang mimpi-mimpi mereka bahwa pelaksanaan Lailatul Qadar
terjadi pada malam ketujuh dari sepuluh malam yang akhir, maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh aku melihat bahwa mimpi kalian benar
bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam yang akhir. Maka barang siapa
yang mau mencari Lailatul Qadar, carilah pada sepuluh malam yang akhir (dari Ramadhan)
". HR Bukhari HADIST NO – 1088
Namun perbuatan Rasul ini ( tentang salat malam / taraweh ) sudah
banyak yang berubah setelah Beliau wafat, berhubung tidak ada larangan, berarti
yang salah adalah orang yang tidak berpuasa ( tanpa ada halangan ). Sungguh penyesalan
yang luar biasa dan tidak akan bisa ditebus selama – lamanya.
Semoga kita bisa menjaga puasa (
dengan menghindari semua larangan – larangannya ) dan memperbanyak ibadah dengan penuh ketaatan dan
keikhlasan.
Hal tersebut juga berkaitan dalam
blog yang berjudul “ TIDAK ADA PAKSAAN DALAM AGAMA “. Bulan dan tahunnya ( 2013
/ 07 ).
Semoga kesempatan yang akan datang
lebih baik dari pada sekarang.
.
Wassalam.
Artikel Terkait:
Lokasi:
Amerika Utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar